Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

DPR Setuju Yudo Margono jadi Panglima TNI, Siapa yang akan Jadi KSAL Baru?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Minggu, 04 Desember 2022, 21:23 WIB
rmol news logo Muncul pertanyaan siapa sosok yang tepat menggantikan kursi KSAL, setelah Laksamana Yudo Margono nantinya dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Panglima TNI.

Merespons wacana itu, Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah angkat bicara  terkait kriteria sosok seperti apa yang layak menjabat KSAL sepeninggal Yudo Margono saat bertugas sebagai Panglima TNI.

Pendapat Teuku Rezasyah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang beredar luas di masyarakat, perlu kita tinjau apa saja isu saat ini dan ke depan yang harus diantisipasi.

Menurut Teuku Rezasyah, dari sekian banyak calon, penting masyarakat mengetahui rekam jejak calon KSAL yang diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan yang menjadi prioritas.

"Jelas sekali bahwa pemerintah RI saat ini masih menghadapi berbagai persoalan terkait perbatasan laut dengan negara-negara tetangga. Klaim di Laut Natuna Utara seringkali menyita perhatian banyak elemen masyarakat," demikian pendapat Rezasyah dalam keterangan tertulisnya, Minggu malam (4/12).

Bukan hanya Natuna Utara, Rezasyah menyebutkan beberapa tantangan KSAL yang ada diantaranya: benturan antara kapal perang TNI AL dengan kapal-kapal Tiongkok dan Vietnam. Belum lagi persoalan dengan Malaysia atas perairan Ambalat.

Selain itu, beberapa kali juga kapal-kapal perang TNI AL bersinggungan dengan kapal-kapal Malaysia.

"Senggolan antar kapal dengan Malaysia tidak saja terjadi di Ambalat tapi juga di Laut Natuna dan Selat Malaka. Yang paling baru adalah klaim Australia atas Pulau Pasir," demikian kata Teuku Rezasyah.

Analisa Teuku Rezasyah, beberapa pengamat menilai, kasus Pulau Pasir bisa saja seperti Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, yang membutuhkan perundingan berjilid-jilid.

Tiga persoalan itu, kata Rezasyah, selalu menggugah rasa nasionalisme dan patriotisme seluruh masyarakat Indonesia.

Menurut Rezasyah, pekerjaan rumah inilah yang harus diselesaikan KSAL  yang baru.

"Kita semua tak sabar menunggu gebrakan Kasal yang baru berdiplomasi dengan Tiongkok, Vietnam, Malaysia dan Australia. Diplomasi tingkat tinggi seperti yang kita butuhkan harus dimiliki oleh sosok KSAL yang baru," jelasnya.

Terkait nama yang dinilai masuk kriteria sebagai KSAL Rezasyah menyebutkan nama Laksdya TNI Amarulla Octavian. Pandangan Rezasyah, Perwira Tinggi yang saat ini menjabat Rektor Unhan itu sering menempuh pendidikan di luar negeri. Artinya, orang nomor satu di Unhan itu memiliki kemampuan bahasa internasional yang cukup baik.

"Bersekolah di luar negeri pasti memiliki kredit poin tersendiri karena dipilih dari sekian perwira yang mengikuti seleksi dengan ketat. Prestasinya beberapa kali sekolah di Amerika Serikat, Australia, dan Perancis mendapat pujian dengan nilai-nilai yang bagus," kata Rezasyah.

Selama ini, Rezasayh mengamati, Octavian memiliki kemampuan diplomasi yang terasah dengan penampilan sebagai pembicara di konferensi internasional.

"Semangatnya menjawab berbagai pertanyaan dan debat argumentasi dengan para profesor dalam bahasa Inggris membuat kita semua terkagum-kagum," demikian Rezasyah menjelaskan sosok Octavian.

Terkait dengan kebutuhan kemampuan bahasa asing, Rezasyah mengatakan bahwa Amarulla Octavian juga dikenal oleh para profesor di dalam negeri dan di luar negeri berkat kepandaiannya menuangkan gagasan dan ide baru menulis artikel ilmiah di jurnal-jurnal internasional.

"Dia juga banyak menulis buku, termasuk buku-buku berbahasa Inggris, Perancis, Jerman, Mandarin, dan Arab," pungkasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA