Pandangan itu disampaikan pengamat pertahanan Binus University Curie Maharani Savitri dalam serial diskusi Tanya Jawab Cak Ulung bertema "Membaca Anggaran Alutsista", Kamis (2/6).
"Untuk postur pertahanan kita sebetulnya kita dalam beberapa hal kita paling besar di Asia Tenggara," ujar Curie.
Curie mengatakan, untuk merawat Alutsista Indonesia itu pun tidak murah. Terlebih, Indonesia menjadi negara non blok atau negara yang tidak menjalin aliansi pertahanan dengan negara lain.
"Karena kita negara yang menolak aliansi, kita tidak bisa berbagi beban dengan negara lain. Jadi kita harus melakukan semuanya sendirian. Nah tentu saja ongkosnya menjadi sangat besar," terangnya.
Kenyataan lainnya, kata Curie, adalah kondisi Alutsista milik Indonesia yang sebagian besar sudah berusia tua.
"Kami melihat dan menghitung usia rata-rata usia dari Alutsista yang kita punya setelah MEF (Minimal Essential Force), jadi kita ingin melihat seberapa besar sih MEF ini meremajakan alutsista kita," jelasnya.
Kata dia, misalnya tank yang usia rata-ratanya 52 tahun dengan unit terbaru berusia terbaru 26 tahun dan tertua 60 tahun.
Kemudian Alutsista helikopter serbu 10,7 tahun rata-rata, terbaru 4 tahun dan tertua 18 tahun.
"Kemudian kapal selam yang usia rata-rata 12,7 tahun dengan unit termuda itu nol tahun karena kita baru mendapatkan dari PT PAL dan tertua 44 tahun," jelasnya.
"Dari sini kita bisa melihat meskipun alutsista kita banyak tetapi alutsista kita sudah tua, karenanya tidak bisa dinilai memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan alutsista yang baru," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: