Pasangan bomber itu tercatat lahir pada tahun 1995, dan masuk kategori usia milenial.
Pengamat intelijen, pertahanan dan keamanan Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati mengatakan, karakter milenial kebanyakan sedang mencari jatidiri dan mengikuti arah pihak yang dianggap paling berpengaruh.
Kata analis yang karib disapa Nuning ini, sangat sedikit dari usia milenial yang memiliki karakter kuat. Imbasnya, mudah dipengaruhi oleh doktrin yang mengarah melawan negara.
"Sangat sedikit dari usia milenial memiliki karakter yang kuat sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang melawan negara," demikian kata Nuning kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa malam (30/3).
Lebih lanjut Nuning mengatakan bahwa pola rekruitmen kelompok teroris berkembang secara terbuka dengan menggunakan ruang publik di sekolah, kampus dan perkumpulan agama.
Atas dasar itu, mantan anggota Komisi I DPR ini mengatakan perlunya kelompok milenial kritis terhadap hal-hal yang menyangkut dengan pilihan hidup.
Selain itu, kelompok milenial harus bijak dalam memilih entitas pergaulannya.
"Bijak memilih pergaulan dan hindari kelompok agama garis keras (agama apapun). Hati-hati saat ini proses
enabling environtment marak, sehingga yang tidak wajar terasa wajar/normal," demikian kata Nuning.
Nuning juga menyoroti pentingnya aparat keamanan membaca penetrasi ideologi yang dinormalisasikan. Penetrasi ideologi itu akan menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung untuk kelompok teroris melakukan berbagai aktivitasnya.
"Menciptakan “
enabling environment†bagi kelompok teroris untuk melakukan rekrutmen, kaderisasi dan mendapatkan dukungan dana dan politik," demikian kata Nuning.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: