Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mantan Kepala Bais: Situasi Di Papua Bukan Konflik Bersenjata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Jumat, 04 Desember 2020, 17:50 WIB
Mantan Kepala Bais: Situasi Di Papua Bukan Konflik Bersenjata
Mantan Kepala Bais TNI Laksda TNI (Purn) Soleman B. Ponto/Net
rmol news logo Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP) menggelar diskusi webinar series ke-19 dengan tema "Pendekatan Kemanusian dan Keamanan di Papua", di Jakarta, Kamis (3/12).

Diskusi yang dihadiri oleh Direktur Eksekutif PSKP Efriza sebagai pemantik diskusi, salah satunya menghadirkan mantan Kepala Bais TNI Laksda TNI (Purn) Soleman B. Ponto.

Dalam diskusi tersebut, Soleman B. Ponto menyampaikan pembahasan di Papua melalui pendekatan kemanusiaan yang didasarkan kepada hukum HAM dan pendekatan keamanan didasarkan kepada hukum humaniter. Menurutnya, hukum HAM dan humaniter dipakai karena keuniversalan hukum ini berlaku dalam dunia internasional.

Dia mengatakan bahwa ada konflik yang tidak bisa digolongkan menjadi konflik bersenjata yaitu kekacauan atau tindakan kriminal bersenjata. Menurutnya, situasi di Papua saat ini bukanlah konflik bersenjata, karena yang berada di Papua saat ini adalah kelompok kriminal bersenjata (tindakan kekerasan bersenjata).

Mengenai bagaimana situasi di Papua saat ini. Apakah di Papua terjadi konflik senjata ataukah gangguan keamanan atas tindakan kriminal bersenjata, mantan Kepala Bais TNI ini menjelaskan bahwa dalam konflik bersenjata, hukum humaniter konflik dibagi menjadi dua bagian, yaitu konflik bersenjata internasional dan konflik bersenjata internal.

"Apabila ada pasukan pembangkang bersenjata melakukan perlawanan terhadap angkatan bersenjata suatu negara, maka itu adalah konflik bersenjata internal," katanya.

Sedangkan dalam hukum HAM, Soleman B. Ponto menjelaskan bahwa terdapat tiga poin mengenai keadaan Papua pada saat ini. Pertama, mengenai perlindungan terhadap hak-hak individu atau hak kelompok dan dilindungi secara internasional dari pelanggaran yang dilakukan pemerintah atau aparatnya maupun aktor non-negara yang terlibat.

Kedua, hak untuk hidup, untuk tidak disiksa, merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun oleh siapapun. Ketiga, hak untuk menentukan nasibnya sendiri (internal dan pemisahan 'pembebasan dan separatis'). rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA