Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jakarta Selatan Jadi Wilayah Pertama Tes Cepat Virus Corona, Kenali Bagaimana Rapid Tes Bekerja

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 21 Maret 2020, 06:21 WIB
Jakarta Selatan Jadi Wilayah Pertama Tes Cepat Virus Corona, Kenali Bagaimana Rapid Tes Bekerja
Ilustrasi/Net
rmol news logo Jakarta Selatan menjadi wilayah pertama yang menjalani tes cepat virus corona.  Penetapan ini berdasarkan kontak penelusuran yang sudah dilakukan terhadap pasien positif COVID-19 sebelumnya.
Presiden Joko Widodo menegaskan rapid test dilakukan memprioritaskan wilayah yang terindikasi paling rawan penyebaran virus corona.

Diketahui bahwa pertama kali Indonesia menemukan kasus 01 dan 02 yang positif virus corona adalah di wilayah Kemang, Jakarta Selatan, di sebuah restoran tempat pasien berdansa sebelumnya.

Tes corona dilakukan oleh tim medis dengan mendatangi rumah rumah warga.

"Rapid test sudah dilakukan (Jumat) sore hari  di wilayah yang dulu sudah diketahui ada kontak tracking dari pasien-pasien positif. Sehingga dari situlah didatangi dari rumah ke rumah untuk dites," terang Jokowi, di Istana Merdeka, Jakarta (20/3).

Salah satu kelebihan dari rapid test adalah bahwa tes tidak membutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level 2. Artinya tes Corona ini bisa dilaksanakan hampir di semua laboratorium kesehatan di rumah sakit seluruh Indonesia.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan tes cepat ini menggunakan spesimen darah dan bukan dari tenggorokan atau kerongkongan seperti tes PCR dan genome sequence yang selama ini dilakukan Kemenkes.

Tes cepat disebut membutuhkan reaksi dari imunoglobin pasien yang terinfeksi virus corona setidaknya selama seminggu, sebab jika pasien belum terinfeksi atau terinfeksi selama kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobin akan negatif.

Selain itu, teknologinya sangat sensitif. Ini berarti bahwa pasien pada tahap awal infeksi dapat diidentifikasi lebih cepat, berpotensi membantu mengurangi penyebaran coronavirus SARS-CoV-2 (COVID-19).

Di beberapa negara yang telah lebih dahulu melakukan tes ini, petugas kesehatan akan menggunakan cotton bud panjang untuk menyeka bagian belakang tenggorokan dan kemudian mengirim sampel itu untuk diuji. Ada juga yang menggunakan sample darah seperti yang dilakukan di China.

Hasil swab atau usapan tenggorokan akan digunakan untuk pengujian dengan cara Polymerase Chain Reaction, atau dikenal dengan PCR, sedangkan sampel darah akan digunakan untuk tes antibodi penyakit baru, yang dikenal sebagai COVID-19.

Hasil dari tes cepat (rapid test) dengan PCR dan antibodi ini, bisa dilihat hanya dalam hitungan kurang dari 1 jam.

Namun begitu, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKln), Prof. DR. Dr. Aryati, MS, Sp.PK(K), mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait rapid test.

Ia mengingatkan, perlu ada kewaspadaan dan ketelitian terhadap tes yang dilakukan.

“Karena (jenis) corona banyak di masa lalu itu, antibodi yang pernah timbul bisa saja terdeteksi,” kata Aryati kepada media, Kamis (19/3).

Selain itu, adanya kemungkinan cross reactive atau reaksi silang dengan jenis corona yang lain atau jenis virus yang memiliki kemiripan, bisa menimbulkan adanya false positive.

Senada dengan Aryati, Konsultan genom di Laboratorium Kalbe, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo mengatakan rapid test jangan terlalu diandalkan.

"Rapid test itu betul-betul tidak bisa diandalkan. Soalnya rapid test ini tidak bisa membedakan, apakah orang ini sedang sakit atau orang ini sudah sembuh. Karena sama-sama positif. Kalau kita bicara rapid test itu biasanya yang berbasis antibodi. Tapi dugaan saya, ya mungkin pemerintah ini hanya pertama. Jadi rapid test yang kualitatif, hanya bisa mengatakan yes or no gitu," kata Ahmad Rusdan.

Hingga Kamis (19/3), Indonesia memiliki 309 kasus COVID-19 positif dengan 25 orang meninggal dunia. Sementara yang telah berhasil sembuh sejumlah 15 orang.

Pasien positif COVID-19 tersebut tersebar di DKI Jakarta (210), Banten (27), Jawa Barat (26), Jawa Tengah (12), Jawa Timur (9), Yogyakarta (5), Bali (1), Kalimantan Barat (2), Kalimantan Timur (3), Kepulauan Riau (3), Sumatera Utara (2), Lampung (1), Riau (2), Sulawesi Utara (1), Sulawesi Tenggara (3), dan Sulawesi Selatan (2). rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA