Ia mengingatkan, HAM atas nama kemanusiaan yang tidak pada tempatnya itulah yang membuat generasi penerus ISIS itu tetap ada dan hidup.
Mereka kelak akan tumbuh sebagai organisasi baru lagi, yang sama ideologi namun berbeda 'baju'nya. Mereka bahkan bisa menjadi lebih ganas, menurutnya.
"Dan segala sesuatu yang dimulai dengan 'intoleransi', adalah jalan awal menuju paham Radikalisme," ujar Ronas dalam keterangan tertulisnya.
Anak-anak usia sekecil itu justru sangat merekam sepenuhnya ucapan dan ajaran dari orangtuanya. Ideologi orang tuanya lebih melekat pada anak-anak itu, dibandingkan upaya siapa pun yang nanti hendak menetralisirnya
Ronas menegaskan, sudah selayaknya ex-warganegara Indonesia yang telah bergabung sebagai anggota ISIS atau ISIL atau Daesh beserta FTF nya bukan urusan lagi bagi Indonesia.
“Mereka harus dipandang sebagai pengkhianat, dan sebagai pengkhianat bangsa dan negara mereka tidak layak untuk menginjakkan kakinya kembali ke tanah air. Menurut Ronas, prinsip ini seharusnya juga berlaku untuk keseluruhan anggota ISIS eks WNI tanpa kecuali, termasuk anak yang berusia di bawah 10 tahun,†tulisnya dalam akun sosial medianya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.