Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Berebutan Evakuasi Dari Wuhan, Siapkah Dengan Segala Resikonya?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 01 Februari 2020, 06:20 WIB
Berebutan Evakuasi Dari Wuhan, Siapkah Dengan Segala Resikonya?
ILustrasi Kondisi Keamanan di Wuhan/Net
rmol news logo Sejumlah negara memutuskan segera mengangkut warganya yang terisolasi di Wuhan. Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura adalah di antara negara-negara yang telah mengirim pesawat untuk memindahkan warga negara mereka.

Demikian juga dengan Indonesia. Terutama ada 243 WNI yang tersebar di 15 titik karantina di China, dan sekitar 100 di antaranya berada di Wuhan.

Sejak minggu lalu China telah menutup beberapa kota di sana, dan secara efektif mengarantina lebih dari 50 juta orang di provinsi Hubei, termasuk ribuan orang asing.

Mereka tidak diijinkan keluar dari kota yang telah diisolasi itu. Permintaan evakuasi dari negara-negara lain yang ingin mengangkut warganya dari sana, tidak semudah itu dijinkan oleh pemerintah China khususnya Hubei.

“Pihak berwenang harus memastikan bandara benar-benar bersih  dan mencegah penularan di setiap langkah logistik, - karena ini risiko yang sangat besar, " kata Wang Linfa, direktur program Penyakit Menular yang Muncul di Duke-NUS Medical School di Singapura, Jumat (31/1), mengutip CNA.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan risiko tertular penyakit di dalam pesawat pada umumnya sama dengan ruang terbatas lainnya yang padat seperti bus atau kereta api.

"Risiko pada pesawat terbang mungkin lebih rendah daripada di banyak ruang terbatas karena pesawat modern memiliki sistem penyaringan udara kabin yang dilengkapi dengan filter HEPA," ujar Wang.

Maskapai Penerbangan Singapura telah membawa 92 orang warganya pada hari Kamis, (30/1), dan menyediakan masker bedah untuk semua penumpang dan mengharuskan krunya untuk memakai masker N95 dan sarung tangan bedah.

Untuk membatasi interaksi fisik, paket makanan dibiarkan di kursi sebelum lepas landas dan tidak ada makanan atau minuman yang didistribusikan dalam penerbangan.

Untuk mereka yang terkena demam tidak dapat ikut terbang, sebab skrining suhu dilakukan pada saat check-in di bandara dan lagi sebelum naik.

Air India memberlakukan tindakan serupa dalam upaya evakuasi New Delhi pada hari Jumat.

"Meninggalkan mereka di titik pusat wabah global (di Wuhan), secara signifikan, lebih tinggi dengan tekanan pada sumber daya di sana," kata Dr Paul Tambyah, seorang ahli penyakit menular di National University of Singapore.
Tiap negara memiliki cara aturan evakuasi yang berbeda,  hal inilah yang dikhawatirkan pemerintah China.

Mampukah tiap negara tersebut menyiapkan proses evakuasi yang maksimal dan tidak membuat wabah semakin meluas lagi?

"Ini skenario yang sulit," kata Wang. "Kamu hanya melakukan yang terbaik untuk ... mendidik warga, untuk mengatakan," 'kami akan membantu kamu untuk membantu kami' ".

"Dalam sebagian besar keadaan, karantina sendiri lebih dari cukup jika warga negara dididik," katanya lagi.

Di Korea Selatan 18 penumpang dalam penerbangan evakuasi segera dikirim ke rumah sakit setelah tiba kembali di negara mereka pada hari Jumat setelah menunjukkan gejala coronavirus.

Sementara 92 warga Singapura yang kembali harus menjalani pemeriksaan medis di Bandara Changi. Pasien dengan gejala demam atau pernapasan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Orang Prancis dan Inggris yang kembali akan menjalani karantina 14 hari, sementara orang Amerika akan secara sukarela diisolasi selama tiga hari di pangkalan udara AS.

"Ini semua tentang penilaian risiko," katanya. "Tidak ada yang namanya karantina tunggal (tipe) untuk semua warga negara di semua negara yang berasal dari bagian dunia mana pun."

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri,  tengah mempersiapkan proses penjajakan evakuasi WNI di Wuhan, China. Proses penjajakan dilakukan setelah adanya keputusan yang dihasilkan dari rapat internal.

“Bahwa kita memiliki opsi untuk evakuasi tapi itu ada prosedur semua. Dan saya sudah sampaikan ke Menlu untuk mulai menjajaki mengenai itu,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mekanisme lanjutan atau penerimaan mereka di tanah air pun harus disiapkan.
“Kalau yang namanya evakuasi, masuknya seperti apa, kemudian setelah dibawa ke sini apakah nanti ada karantina dalam jumlah banyak, di mana, ini yang seperti ini jangan dianggap gampang, harus disiapkan betul. Karena ini menyangkut virus.” lanjut Jokowi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA