Ia pun berterus terang, proses belanja alutsista membutuhkan waktu yang panjang, tetapi pergantian jajaran kepemimpinan membuat proses belanja yang sudah disiapkan itu harus berubah lagi. Sehingga menjadi masalah dalam menyerap anggarannya.
“Setiap penggantian kepemimpinan, setiap ganti panglima, selalu mengganti daftar alutista yang akan dibelanjakan. Padahal, kita tahu belanja alutista itu tidak cukup hanya setahun, prosesnya panjang,†ujar Sri Mulyani, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (23/1).
Itu sebabnya salah satu alasan penyerapan anggran Kementerian Pertahanan selalu tidak optimal. Sri Mulyani bahkan menyebut ia telah menambahkan Rp10 triliun untuk anggaran Kementerian Pertahanan di APBN 2020.
Anggaran Kementerian Pertahanan tahun ini menjadi yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2015, kementerian ini hanya mendapatkan alokasi sebesar Rp101,62 triliun, pada 2016 sebesar Rp102 triliun, 2017 sebesar Rp108 triliun, 2018 sebesar Rp107,7 triliun, dan 2019 sebesar Rp108,4 triliun.
Untuk tahun ini, Negara telah mengalokasikan dana terbesar dalam APBN 2020 yaitu mencapai Rp127,35 triliun.
Sri Mulyani pun berpesan agar Kementerian Pertahanan mengevaluasi strategi belanja alutista agar anggaran bisa lebih optimal dan produktif.
“Oleh karena itu apabila anggaran lagi longgar, sebaiknya digunakan secara optimal. Apabila nanti APBN sempit terus rupiah melemah maka kementerian sendiri yang akan kesulitan,†ujar Sri Mulyani.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: