Direktur Eksekutif Setara Institute Ismail Hasani menegaskan, mengutuk segala bentuk aksi terorisme dan ekstremisme kekerasan (
violent extremism) yang menggunakan doktrin ideologi apapun untuk mengganggu tatanan hidup bersama bangsa dan negara.
Terorisme kata Ismail, adalah musuh bersama bagi seluruh umat manusia. Menurutnya, melawan terorisme tidak boleh dibebankan kepada negara dan alat pemerintahannya. Elemen masyarakat harus terlibat aktif dalam menumpas segala bibit ekstrisme yang berujung aksi teror.
"Negara memang harus menjadi agensi utama dalam pencegahan ekstremisme kekerasan. Namun demikian, dibutuhkan juga partisipasi dan keterlibatan warga, khususnya dalam pencegahannya, sehingga akan terbangun perlawanan semesta terhadap terorisme," urai Ismail dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat malam (11/10.
Lebih lanjut Ismail menjelaskan, agenda penguatan warga dalam memerangi terorisme merupakan kebutuhan pokok dalam membentengi seluruh lapisan masyarakat agar terhindar dari paparan narasi antikebinekaan dan Pancasila.
"Pendidikan kebinekaan dan tata kelola yang inklusif harus digalakkan, agar seluruh anak bangsa dapat hidup bersama secara damai di tengah aneka perbedaan. Di samping itu, promosi toleransi mesti menjadi agenda kolektif yang berkelanjutan," pungkasnya.
Pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan, penyebaran paham intolerasni harus ditangan sejak dini. Menurut kajiannya, sikap intoleransi merupakan sebuah bibit dari paham terorisme.
"Merebaknya intoleransi dan radikalisme harus ditangani sejak dini. Setara Institute mengingatkan kembali bahwa intoleransi merupakan anak tangga pertama menuju terorisme," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: