Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Butuh “Pom Bensin Terbang” Bukan Berarti Ambil Bekas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/a-karyanto-karsono-1'>A KARYANTO KARSONO</a>
LAPORAN: A KARYANTO KARSONO
  • Kamis, 25 Juli 2019, 11:01 WIB
Butuh “Pom Bensin Terbang” Bukan Berarti Ambil Bekas
Pesawat Tanker Udara/Net
rmol news logo Tak lama lagi, AU Siangapura akan memensiunkan keempat pesawat tanker (pengisi bahan bakar di udara) mereka. Keempat pesawat tanker jenis KC-135R itu akan ditawarkan ke pihak lain.

AU Singapura sudah dalam proses menerima pesawat yang lebih baru. Saat ini jiran itu secara bertahap akan menerima pesawat tanker A330 MRTT (Multi Role Tanker Transport) buatan Airbus.

Meskipun armada KC-135R AU Singapura sudah diganti mesinnya dengan mesin generasi baru (sama seperti KC-135R milik AU AS), namun dibanding A330 MRTT masih kalah jauh dari segi efisiensi.

Singapura sendiri memperoleh KC-135R dari armada bekas pakai AU AS yang kemudian menjalani “re-engine” alias ganti mesin baru.

Nah, karena merupakan inventori militer buatan AS, proses penjualan KC-135R eks Singapura harus mendapat restu AS.

Menarik dicermati, setelah kabar pemensiunan KC-135R AU Singapura tersiar, berhembus pula suara-suara usulan untuk Indonesia membeli keempat tanker bekas pakai Singapura tersebut.
 
Tanpa bermaksud mendahului analisis yang dilakukan oleh TNI AU, kiranya perlu diingat bahwa membeli barang bekas, terutama alat utama sistem senjata (alutsista) harus dengan pertimbangan yang sangat serius dan matang.

Memang beli bekas mungkin murah dari segi biaya, dan cepat dari segi waktu pengadaan. Tapi apakah kedua faktor itu seimbang dengan manfaat dan efektivitas yang ditawarkan?

TNI AU memang sudah berencana memiliki pesawat tanker untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum atau MEF (minimum essential forces). Keberadaan pesawat tanker dinilai penting untuk situasi di mana TNI AU perlu menggelar armada jet tempur secara cepat ke lokasi yang jauh. Tidak bergantung harus mendarat atau singgah guna mengisi bahan bakar.

Kiranya perlu menjadi perhatian bahwa urgensi pengadaan “pom bensin  terbang” bukan serta merta mengamini ambil barang bekas.

Persoalan pengadaan suku cadang juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan, selain tentunya masalah “sisa” usia pakai pesawat tanker tersebut.

Faktanya, Singapura sendiri memperoleh keempat tanker KC-135R itu secara bekas pula dari AU AS. Dalam jajaran AU AS sendiri KC-135R memang masih banyak dipakai, namun sudah dimulai proses penggantiannya dengan tanker KC-46 Pegasus yang jauh lebih modern.

Kesimpulan singkatnya, jika mendapat “restu” AS untuk membeli KC-135R Singapura, maka kemampuan penggelaran pesawat-pesawat tempur TNI AU secara strategis akan meningkat signifikan. Kemampuan pemeliharaannya pun tak ada kendala dari segi SDM, karena TNI AU pernah memiliki pesawat Boeing 707 yang merupakan basis KC-135R.

Mesin KC-135R pun serupa dengan mesin Boeing 737 yang dimiliki TNI AU.  Namun usia pakainya tidak akan sepanjang jika membeli pesawat tanker baru. Entah itu Airbus A330 MRTT ataupun Boeing KC-46 Pegasus. Memang, urusan beli alutsista tidak melulu urusan finansial. Faktor politik juga bisa memengaruhi.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA