Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Iver Huitfeldt Menggoda MEF Untuk TNI AL

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/a-karyanto-karsono-1'>A KARYANTO KARSONO</a>
LAPORAN: A KARYANTO KARSONO
  • Sabtu, 18 Mei 2019, 23:33 WIB
<i>Iver Huitfeldt</i> Menggoda MEF Untuk TNI AL
Fregat Kelas Iver Huitfeldt/Net
rmol news logo Terbetik kabar ada ketertarikan pihak Indonesia akan kapal kelas Iver Huitfeldt buatan Denmark.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pengadaan kapal perang jenis fregat Iver Huitfeldt memang masuk dalam kajian untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum atau MEF (minimum essential forces) TNI tahap berikutnya.

Fregat sekelas Iver Huitfeldt bisa merupakan langkah ke depan untuk melengkapi  fregat kelas SIGMA-10514 atau kelas Martadinata yang saat ini sudah ada dua unit, yaitu KRI RE Martadinata dan KRI I Gusti Ngurah Rai.

Secara global, pengadaan fregat dalam program MEF dimaksudkan untuk mengganti fregat-fregat kelas Ahmad Yani (kelas Van Speijk) sebanyak enam unit dan kelas Tribal sebanyak tiga unit. Kelas Tribal yang terdiri dari tiga kapal sudah lebih lama dipensiunkan oleh TNI AL. Bila benar, paling sedikitnya TNI AL membutuhkan dua fregat sekelas Iver Huitfeldt.

Fregat kelas Iver Huitfeldt sendiri dibuat oleh Odense Staalskibsvaert, Denmark. AL negeri itu mengoperasikan tiga unit kapal kelas ini (Iver Huitfeldt, Peter Willemoes dan Niels Juel). Kapal perang jenis fregat ini memiliki kemampuan utama sebagai fregat anti serangan udara. Disamping mampu bertempur dengan kapal perang lain, Iver Huitfeldt juga berkemampuan memburu kapal selam.

Iver Huitfeldt dilengkapi persenjataan meriam Oto Melara kaliber 76 mm, kanon penangkis rudal jenis Oerlikon Millenium Gun kaliber 35 mm, rudal anti kapal Harpoon, torpedo anti kapal selam MU-90 dan tentu saja rudal hanud. Untuk rudal anti pesawat ini, kelas Iver Huitfeldt bersifat opsional, tergantung minat pembeli. Bisa diisi rudal hanud Standard SM-2 atau Evolved Sea Sparrow (ESSM).

Dengan bobot tempur sekitar 6.600 ton, fregat kelas Iver Huitfeldt diklasifikasikan di atas kelas Martadinata yang bobot tempurnya sekitar 2.300 ton. Dengan bobot demikian, sebenarnya Iver Huitfeldt sudah masuk kategori kapal perusak (destroyer) ringan.

Sensor-sensor kelas Iver Huitfeldt seperti radarnya pun berkelas dunia. Bicara radar, sesungguhnya jenis yang berbeda (lebih kecil) sudah dipakai TNI AL. Antara lain untuk kapal perang KCR-60 buatan PT PAL.

Bisa jadi, ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia tertarik pada fregat kelas Iver Huitfeldt. Selain tentu saja soal harga yang terbilang lebih murah ketimbang fregat sekelas buatan negara Eropa lainnya. Rahasianya ada di desain lambung Iver Huitfeldt yang bersifat modular yang diambil langsung dari kapal perang kelas Absalon, buatan Denmark.

Selain itu, tawaran terbuka Denmark akan proses alih teknologi, juga menjadi faktor yang dipertimbangkan. Hanya saja, porsinya tentu tak lepas dari nilai kontrak yang terjadi. Dengan kata lain, kalau mau alih teknologi yang tinggi (porsi besar), tentu jumlah kapal perang yang dibeli perlu lebih banyak lagi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA