Praka Yudha dikabarkan pingsan dengan kondisi mulut berbusa karena keracunan.
"Berita (kabar) itu tidak benar. Dari hasil pemeriksaan dari tim dokter Soewandhie, tidak menunjukkan kalau yang bersangkutan itu keracunan," tegas Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V/Brawijaya, Kolonel Inf Singgih Pambudi Arinto dalam konferensi pers di RSUD Dr. M, Soewandhie, Jalan Tambak Rejo, Surabaya. Jumat (17/5).
Hadir pula Kepala Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto; Kepala Polrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho; Dandim 0831/Surabaya Timur, Letkol Inf La Ode Muhammad Nurdin; serta Dr. Hamim. SpBS, dan Dr. Yudit, SpS. tim dokter dari RSUD Soewandhie.
Kolonel Singgih menjelaskan, dari beberapa fakta membuktikan ketika tim Kesehatan Kodam bersama tim kesehatan RSUD setempat mengecek makanan yang dijadikan santap sahur oleh pasukan BKO tersebut.
"Ada satu peleton anggota Kodam yang melaksanakan BKO di sana. Makan bersama dan sahur bersama. Rekan (BKO) yang lainnya tidak ada yang mengalami gejala seperti itu," paparnya.
Bahkan, lanjut Kolonel Singgih, hasil pemeriksaan laboratorium oleh Detasemen Kesehatan Kodam, sisa makanan Praka Yudha tidak menunjukkan adanya kandungan (zat) berbahaya.
"Mungkin nanti rekan-rekan bisa melihat langsung kondisi yang bersangkutan. Praka Yudha bisa diajak berkomunikasi,†ujarnya.
Lebih lanjut Kapendam mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu informasi yang belum diketahui kebenarannya.
"Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Mari kita tingkatkan kecerdasan sosial kita dalam memilih berita, dan tidak menyebarkan berita yang tidak diyakini kebenarannya,†pintanya.
Menurut Kolonel Singgih, kejadian itu bermula saat Praka Yudha bersama satu timnya, melaksanakan turun jaga pada Kamis (16/5) pukul 08.00 WIB, dan melanjutkan istirahat.
Pada pukul 11.00 WIB, rekan-rekannya melihat Praka Yudha mengigau dan seketika pingsan hingga akhirnya dibawa ke RSUD Dr. Soewandhie.
Dalam jumpa pers tersebut, Dr. Hamim SpBS, dokter RS Soewandhie menambahkan bahwa observasi terhadap Praka Yudha masih terus dilakukan.
"Dari gejala klinis yang ada, kesadaran pasien sudah pulih dan kondisi yang semakin membaik. Bisa berkomunikasi, sampai saat ini, tidak ditemukan tanda-tanda yang mendukung gejala suatu proses keracunan," terangnya.
Diduga, kata dokter spesialis bedah syaraf tersebut, penyebab pendarahan di dalam otak adalah pecahnya Aneurysma atau kelainan tipisnya dinding pembuluh darah.
"Proses perawatan akan dilakukan sekitar 2 hingga 3 minggu," sebutnya,
Sementara itu, AKBP Antonius Agus Rahmanto memastikan akan menyelidiki dan mencari orang yang menyebarkan hoax terkait sakitnya Praka Yudha.
“Untuk orang yang membuat atau menyebarkan berita ini, kami pastikan akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Dia dipastikan telah melakukan pelanggaran undang-undang ITE,†ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: