Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Letjen (Purn) Suharto: Panglima Kita Bukan Wakapolri, Maaf Saya Sedikit Tajam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Sabtu, 08 Desember 2018, 10:57 WIB
Letjen (Purn) Suharto: Panglima Kita Bukan Wakapolri, Maaf Saya Sedikit Tajam
Suharto/Net
rmol news logo . Mantan Komandan Korps Marinir Letjen TNI Mar (Purn) Suharto menegaskan, penanganan penyerangan di Nduga, Papua baru-baru ini menjadi tugas prajurit TNI.

Termasuk penyerangan di Poso pimpinan Santoso Cs, dan penyanderaan 1.300 orang di Papua oleh gerakan separatisme Papua Merdeka beberapa waktu lalu.

Mantan Komandan Detasemen Mabes ABRI ini menjelaskan, sejatinya itu tugas pokok TNI sebagai penjaga kedaulatan, bukan Polri.

"Masihkah kalian menunggu perintah dari atasan kalian yang menganggap itu tugas kepolisian? Jangan menunggu perintah pemimpin yang tidak paham tugas pokok TNI. Hancurkan, lumat habis baru laporkan," ujar Suharto, Sabtu (8/12).

Menurutnya, tiga peristiwa itu adalah tugas TNI. Biarpun itu direkayasa menjadi tugas Polri (oleh kedunguan yang sangat masif dari pemerintah) dengan cara membuat istilah kelompok kriminal dan sebagainya, namun sejatinya itu tugas pokok TNI sebagai penjaga kedaulatan.

"Anggap itu Latgab TNI yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dilakukan. Jangan menunggu hal itu menjadi santapan "politik" dalam debat yang tak berujung, atau diseret ke ranah polisi. Itu tugas pokok kalian. Jangan biarkan diseret ke ranah politik yang ujungnya adalah pelemahan TNI sebagai benteng terakhir kedaulatan kita," tutur Suharto.

Apapun juga, lanjut dia, apabila sudah menyangkut perlawanan bersenjata, penyerangan bersenjata terhadap pos atau instansi TNI, itu berarti penyerangan terhadap kedaulatan negara.

"Lumat jangan ditunda. Baru kemudian laporkan "tugas selesai". Pangdam dan seluruh jajaran dan institusi TNI lainnya bersatu lawan separatisme. Jangan tunggu masalah "makar" itu digoreng secara politik yang ujung-ujungnya dipolisikan. Negara kita bukan negara polisi," ucapnya.

"Panglima kita bukan Wakapolri. Maaf saya sedikit tajam, karena ini sudah menjadi wacana di ranah prajurit-prajurit TNI. Bumi Tidar, bumi Moro dan bumi Maguwo menciptakan "Warrior dan Guardian" yang tidak perlu menunggu nunggu panggilan," tambah Suharto.

Diketahui, Wakapolri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto yang memimpin pencarian kelompok separatisme yang mereka sebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang tega menghabisi nyawa para pekerja Trans Papua di Nduga.

Suharto menambahkan, jangan biarkan "kedunguan" menjangkiti pikiran prajurit TNI.

"Bila perlu adik dan anakku TNI aktif, kami para Purnawirawan TNI siap memakai helm kami, mengangkat SS I kami kembali untuk melaksanakan tugas pokok TNI menjaga NKRI. Selamat berjuang anak-anakku dan adik-adikku TNI aktif untuk menjaga Tanah Air bagi anak cucu kita. Tuhan bersama kita," tutupnya. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA